MENGHADAPI UJIAN DENGAN HIKMAT ALLAH (Yak.1:5-8)

Tujuan Penderitaan: menjadi sempurna, utuh dan tidak kekurangan dalam sesuatu apapun

Untuk mencapai tujuan ini: harus berhikmat. Dengan hikmat kita dimampukan untuk hidup dalam penderitaan dan tetap hidup dalam kebenaran

Hikmat itu apa? Bukan kepandaian kognitif, pengertian rohani dari Allah; tak diperoleh secara mistis dari Allah; lebih menitikberatkan pada aspek doa, hubungan pribadi kita Dengan Allah.

Sikap yang Salah : Kata ‘jikalau’ bukan menunjukkan ‘kemungkinan’ tetapi ‘fakta’.  Mengapa? Fakta ini didukung oleh tiga contoh yang menunjukkan sikap yang salah (kurang berhikmat) dalam menghadapi penderitaan:

(1). Menyalahkan Allah (Yak.1:13-18) 

(2). Mengagungkan kelompak orang kaya (Yak.2:6-7)

(3). Memiliki konsep yang salah tentang hikmat (Yak.3:13-18).

Pertama: Kepastian mendapatkan Hikmat (Yak.1:5). Kita minta hikmat karena ada keyakinan: pasti akan diberikan. Alasannya: Tuhan itu baik (1:17). Dalam teks Yunani, sifat Allah tersebut dinyatakan melalui dua kata kerja participle.

(1). Allah memberikan kepada semua orang dengan murah hati. Bentuk waktu ‘present’: Allah terus menerus memberikan dg murah hati dan tdk pandang bulu (Yak.2:5).

(2). Allah tidak membangkit-bangkitkan. Ia  ‘tak menghina/mengolok-olok’ (Mat. 5:11; 11:20; 27:44).

Kedua: Syarat untuk mendapatkan Hikmat (1:6-8). Kata ‘semua’ – semua dalam kategori tertentu. Tidak dimaksudkan dalam pengertian ‘setiap pribadi’. Konteks: kata ‘semua’ – siapa saja yang meminta dengan iman (Yak.5:15-18).

Apakah faktor penyebab sehingga doa kita tak dijawab ?  Penyebab dilihat dari sisi manusia bukan Allah – krn Allah sudah memberikan kepastian.

(1). Tidak beriman (Yak.1:6-8)

(2). Tidak berdoa (Yak.4:2)

(3). Motivasi doa salah, untuk memuaskan hawa nafsu (Yak.4:3). Orang percaya dituntut berdoa dengan benar.

Apa syarat dikabulkan suatu permintaan? Sederhana jawabannya: IMAN. Konteks: komparasi antara iman dengan kebimbangan – pengertian :

Pertama: Iman dikontraskan dengan bimbang. Kata kerja ‘bimbang’  –  membuat evaluasi berdasarkan informasi yang hati-hati. Menunjukkan kebimbangan sesaat dan suatu sikap mental (Kis.10:20).

Kedua: Iman dikontraskan dengan gelombang laut. Arti: dikendalikan dan diombang-ambingkan – permanensi keadaan / bukan kebimbangan sesaat.

Ketiga:  Iman dikontraskan dengan mendua hati. Arti: mendua jiwa – orang yang membagi loyalitas atau tidak setia – kebimbangan sebagai sebuah mentalitas (cara hidup) dari pada sebuah keraguan sesaat.

Silahkan share :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *