Tujuan Penderitaan: menjadi sempurna, utuh dan tidak kekurangan dalam sesuatu apapun
Untuk mencapai tujuan ini: harus berhikmat. Dengan hikmat kita dimampukan untuk hidup dalam penderitaan dan tetap hidup dalam kebenaran
Hikmat itu apa? Bukan kepandaian kognitif, pengertian rohani dari Allah; tak diperoleh secara mistis dari Allah; lebih menitikberatkan pada aspek doa, hubungan pribadi kita Dengan Allah.
Sikap yang Salah : Kata ‘jikalau’ bukan menunjukkan ‘kemungkinan’ tetapi ‘fakta’. Mengapa? Fakta ini didukung oleh tiga contoh yang menunjukkan sikap yang salah (kurang berhikmat) dalam menghadapi penderitaan:
(1). Menyalahkan Allah (Yak.1:13-18)
(2). Mengagungkan kelompak orang kaya (Yak.2:6-7)
(3). Memiliki konsep yang salah tentang hikmat (Yak.3:13-18).
Pertama: Kepastian mendapatkan Hikmat (Yak.1:5). Kita minta hikmat karena ada keyakinan: pasti akan diberikan. Alasannya: Tuhan itu baik (1:17). Dalam teks Yunani, sifat Allah tersebut dinyatakan melalui dua kata kerja participle.
(1). Allah memberikan kepada semua orang dengan murah hati. Bentuk waktu ‘present’: Allah terus menerus memberikan dg murah hati dan tdk pandang bulu (Yak.2:5).
(2). Allah tidak membangkit-bangkitkan. Ia ‘tak menghina/mengolok-olok’ (Mat. 5:11; 11:20; 27:44).
Kedua: Syarat untuk mendapatkan Hikmat (1:6-8). Kata ‘semua’ – semua dalam kategori tertentu. Tidak dimaksudkan dalam pengertian ‘setiap pribadi’. Konteks: kata ‘semua’ – siapa saja yang meminta dengan iman (Yak.5:15-18).
Apakah faktor penyebab sehingga doa kita tak dijawab ? Penyebab dilihat dari sisi manusia bukan Allah – krn Allah sudah memberikan kepastian.
(1). Tidak beriman (Yak.1:6-8)
(2). Tidak berdoa (Yak.4:2)
(3). Motivasi doa salah, untuk memuaskan hawa nafsu (Yak.4:3). Orang percaya dituntut berdoa dengan benar.
Apa syarat dikabulkan suatu permintaan? Sederhana jawabannya: IMAN. Konteks: komparasi antara iman dengan kebimbangan – pengertian :
Pertama: Iman dikontraskan dengan bimbang. Kata kerja ‘bimbang’ – membuat evaluasi berdasarkan informasi yang hati-hati. Menunjukkan kebimbangan sesaat dan suatu sikap mental (Kis.10:20).
Kedua: Iman dikontraskan dengan gelombang laut. Arti: dikendalikan dan diombang-ambingkan – permanensi keadaan / bukan kebimbangan sesaat.
Ketiga: Iman dikontraskan dengan mendua hati. Arti: mendua jiwa – orang yang membagi loyalitas atau tidak setia – kebimbangan sebagai sebuah mentalitas (cara hidup) dari pada sebuah keraguan sesaat.